Seni memikat hati orang lain teramat banyak. Sebagian dengan melakukan sesuatu, sebagian dengan meninggalkannya. Senyum bisa memikat hati. Sebaliknya, muka masam juga bisa begitu. Perbincangan yang mengasyikkan dan kelakar ringan bisa memikat hati. Sebaliknya, mendengarkan dengan saksama juga bisa demikian.
Bagaimana jika dalam kesempatan ini kuajak engkau bicara tentang sikap tenang yang menarik hati?!
Ya, ada sebagian orang yang tidak banyak bicara. Suaranya hampir tak terdengar di forum. Bahkan, jika engkau mengawasinya di pertemuan atau wisata, ia hanya menggerakkan kepala dan mata. Sesekali menggerakkan mulut, tetapi sebatas tersenyum, bukan berbicara. Meskipun begitu, banyak orang menyukainya. Mereka senang duduk bersamanya.
Mengapa begitu?! Sebab, ia mempraktikkan sikap tenang yang menarik hati.
Seni mendengar cukup banyak. Bahkan, seseorang bercerita kepadaku bahwa ia menghadiri lebih dari lima belas pelatihan tentang keterampilan mendengarkan.
Coba bandingkan orang-orang berikut ini:
Jika engkau menceritakan kisah yang pernah dialami, dari awal ia sudah memotongmu dengan berkata, "Aku juga mengalami hal serupa"
Kemudian engkau berkata, "Sabar, sampai aku selesai bicara." Ia pun diam sejenak.
Ketika engkau asyik bercerita, ia kembali memotong pembicaraanmu, "Benar. Benar. Persis seperti yang aku alami. Ya, suatu hari aku pergi ke …"
"Saudaraku, tunggu dulu," engkau pun memotongnya.
Ia diam. Tidak lama kemudian ia kembali memotong pembicaraanmu, "Memang Memang …"
Ini tipikal orang pertama.
Adapun orang kedua, saat engkau berbicara, ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Sesekali ia mengeluarkan ponsel dari kantong, menulis atau membaca sms. Atau, siapa tahu ia asyik main game lewat ponselnya.
Nah, orang ketiga menguasai seni mendengarkan. Tahu engkau sedang bercerita, ia pusatkan pandangan kepadamu. Engkau pun merasa diperhatikan. Sesekali ia menganggukkan kepala, sesekali tersenyum, dan sesekali menggigit bibir karena takjub. Bahkan, sesekali ia berkomentar, "Sungguh mengagumkan, subhanallah!"
Siapa di antara mereka yang paling kausukai untuk dijadikan teman duduk? Siapa di antara mereka yang paling kausukai untuk dikunjungi? Siapa di antara mereka yang paling kausukai untuk diajak bicara?
Sudah pasti yang terakhir.
Jadi, memikat hati orang tidak melulu dengan memperdengarkan yang mereka suka, tetapi juga menyimak apa yang mereka suka untuk diperdengarkan.
Sebagian orang lupa bahwa Allah menciptakan untukmu satu lidah dan dua telinga supaya engkau lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.
Maka, biasakan diam ketika orang lain bicara. Bahkan, kalaupun engkau berkesempatan untuk bicara, jangan tergesa-gesa.
Pada awal kenabian, umat Islam sangat sedikit. Orang kafir mendustakan Rasulullah, bahkan menjauhkan manusia darinya. Mereka menuduhnya dukun dan pendusta. Mereka bahkan menuduhnya penyihir dan orang gila.
Suatu hari Dhamad datang ke Makkah. Dia bijaksana, menguasai ilmu kedokteran dan pengobatan, termasuk mengobati orang gila dan terkena sihir. Ketika membaur dengan banyak orang, ia mendengar orang-orang kafir berbicara tentang Rasulullah. "Orang gila sudah datang. Kami melihat orang gila."
"Di mana orang gila itu?" kata Dhamad. "Siapa tahu Allah menyembuhkannya melalui tanganku." Orang-orang menunjuk pada Rasulullah.
Saat bersitatap muka, Dhamad mengamati wajah Rasulullah. Ternyata bersinar dan tampan. Dhamad berterus terang menyampaikan tujuan kedatangannya, "Wahai Muhammad, aku akan membebaskanmu dari sihir. Sesungguhnya Allah menyembuhkan siapa saja yang dikehendaki di tanganku. Mari, aku akan mengobatimu."
Dhamad terus bicara tentang kemampuannya mengobati, Nabi menyimaknya dengan saksama. Jika ia bicara, Rasulullah diam.
Tahukah engkau, Nabi diam ketika siapa yang berbicara? Beliau diam mendengarkan orang kafir berbicara. Lebih dari itu, ia mengaku akan mengobatinya dari penyakit gila.
Betapa bijaksananya Rasulullah saw.
Usai Dhamad berbicara, dengan sangat tenang Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah. Kepada-Nya kita memuji dan memohon pertolongan. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, tidak seorang pun dapat menyesatkannya. Dan, barang siapa tersesat, tidak seorang pun dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang patut disembah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya."
Dhamad terhentak. "Ulangi kata-katamu," pintanya. Rasulullah mengulang kembali kata-katanya.
Dhamad berkata, "Demi Tuhan, aku telah mendengar kata-kata para dukun, tukang sihir, dan penyair, tetapi belum pernah mendengar kata-kata seperti itu. Ulurkan tanganmu, aku akan berbaiat untuk masuk Islam."
Rasulullah mengulurkan tangan. Sejak saat itu Dhamad melepaskan pakaian kekufuran dan berkali-kali mengucapkan, "Asyhadu an la ilaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu rasuluh. "
Rasulullah tahu Dhamad sangat dihormati kaumnya. Beliau bertanya, "Apa engkau bersedia menyerukan Islam pada mereka?"
"Aku akan menyerukannya pada kaumku," jawab Dhamad. Dhamad kembali pada kaumnya, kemudian meretas jalan dakwah.
Jadilah pendengar yang baik. Diam dan gerakkan tanganmu. Beri tanggapan yang baik dengan bahasa wajahmu, seperti mengerutkan kening, mengangkat alis, tersenyum, dan berdecak kagum.
Lihatlah pengaruh sikap semacam itu terhadap orang yang berbicara denganmu, baik ia sudah besar maupun masih kecil. Engkau akan menyaksikannya memerhatikanmu, dan menyerahkan sepenuh hati kepadamu.
Oleh: Dr. Muhammad Al-Arifi
Dalam buku: Nikmati Hidupmu