Isra Miraj: Menghadirkan Makna Ibadah Dalam Peradaban Utama

Dalam mewujudkan peradaban utama, Isra Miraj mengajarkan bahwa ibadah memiliki peran yang sangat mendasar. Isra Miraj menegaskan bahwa peradaban yang maju lahir dari masyarakat yang memiliki kesadaran spiritual yang kuat, menjadikan ibadah sebagai pilar utama dalam kehidupan mereka.

Sejarah mencatat bahwa perang Diponegoro bukan sekadar perang fisik, tetapi juga perang keagamaan yang mempertahankan nilai-nilai Islam dan keadilan, sebagaimana Isra Miraj mengajarkan perjuangan spiritual. Begitu pula dalam perjalanan sejarah Islam, peristiwa Isra Miraj menjadi titik penting dalam perjalanan spiritual Rasulullah SAW. Tiga bulan setelah Isra Miraj pada 27 Rajab, Rasulullah mendapat perintah untuk hijrah ke Yatsrib, sebuah kawasan pedesaan yang kemudian beliau ubah namanya menjadi Al-Madinah, yang berarti kota. Isra Miraj menunjukkan bahwa Nabi SAW terinspirasi oleh ide polis, masyarakat yang majemuk, dan mengembangkan peradaban yang berbasis pada prinsip-prinsip Islam.

Dalam membangun Al-Ummah Al-Islamiyah, Rasulullah SAW setelah Isra Miraj menetapkan tiga prinsip utama yang menjadi fondasi umat Islam:

  1. Al-Musaawah - Kesetaraan di antara manusia, tanpa adanya diskriminasi sebagaimana Isra Miraj menegaskan bahwa setiap manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah.
  2. Al-Adalah - Keadilan yang harus ditegakkan dalam setiap aspek kehidupan, sebagaimana Isra Miraj menegaskan pentingnya keadilan dalam membangun peradaban.
  3. Asy-Syuro - Prinsip musyawarah dalam mengambil keputusan yang juga merupakan hikmah dari Isra Miraj dalam kehidupan bermasyarakat.

Isra Miraj mengajarkan bahwa meskipun setiap individu memiliki keyakinan dan pandangan yang berbeda, kita tetap harus menjunjung tinggi solidaritas dan persaudaraan. Isra Miraj menegaskan firman Allah, “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku,” yang menunjukkan toleransi yang harus dijaga tanpa menghilangkan rasa persaudaraan dan kebersamaan.

Isra Miraj mengajarkan bahwa ibadah bukanlah tujuan akhir, melainkan jalan menuju kehidupan yang lebih baik. Allah SWT berfirman dalam Isra Miraj, "Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku" (QS. Adz-Dzariyat: 56). Namun, Isra Miraj menegaskan bahwa ibadah bukan sekadar ritual yang selesai setelah sholat, melainkan harus berlanjut dalam kehidupan sehari-hari. Isra Miraj mengajarkan bahwa setelah sholat, kita harus tetap menjaga diri agar terus beribadah dengan cara mencari rezeki yang halal, berbuat kebaikan (Al-Birru), dan memberikan manfaat bagi sesama.

Makna Isra Miraj yang sejati adalah perjalanan menuju peningkatan spiritual yang lebih tinggi. Dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, Isra Miraj menunjukkan bahwa ibadah sejati tidak berhenti dalam ritual, tetapi harus terus membawa manusia menuju tingkat ketakwaan yang lebih tinggi. Isra Miraj mengajarkan bahwa sholat adalah mi'raj bagi orang beriman, menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan penuh keikhlasan dan ketundukan.

Oleh karena itu, Isra Miraj mengajarkan bahwa ibadah harus membentuk pribadi yang berakhlak mulia. Isra Miraj menunjukkan bahwa sholat yang benar akan menghasilkan perilaku yang baik, yang mencerminkan ketundukan seorang hamba kepada Tuhannya. Isra Miraj menegaskan bahwa ibadah sejati adalah ketika seseorang tidak hanya menjalankan ritual, tetapi juga menerapkannya dalam kehidupan nyata, membangun masyarakat yang lebih baik, dan menciptakan peradaban utama yang penuh dengan cahaya keimanan dan ketakwaan (Al-Munawaroh).

Dengan memahami makna Isra Miraj yang lebih luas, kita akan mampu membangun At-Tamaddun, sebuah peradaban yang berlandaskan nilai-nilai luhur Islam, sebagaimana Isra Miraj mengajarkan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Semoga Isra Miraj menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berusaha menghadirkan makna ibadah dalam setiap aspek kehidupan menuju peradaban yang lebih utama.