Cara Memaafkan Kesalahan Orang Terdekat

Bagaimana cara memaafkan seseorang yang telah menyakiti hati kita terlalu dalam. Seseorang tersebut misalnya suami atau ibu sendiri. Sebenarnya kita ingin melupakan dan membuka lembaran baru, tapi kenapa kok selalu ingat dan ingat. Susah untuk menerima kenyataan, rasanya tersiksa sendiri dengan perasaan sakit hati?

Seperti apakah perilaku mereka yang telah menyakiti hati kita hingga sulit memafkannya? Mereka adalah orang-orang terdekat. Selayaknya hubungan antara anggota keluarga berjalan di atas kebaikan, saling mencintai, menyayangi, menerima kekurangan, dan menguatkan.

Peristiwa ini memberi kita pelajaran betapa pentingnya menjaga lisan dan perbuatan agar tidak sampai menyakiti perasaan orang lain, karena tidak ada satu pun manusia yang suka jika disakiti. Islam mengatur hubungan dalam keluarga ke dalam akhlak. Perbuatan baik merupakan buah akhlak yang baik. Sebaliknya, perbuatan buruk merupakan buah akhlak yang buruk. Akhlak baik memunculkan rasa saling menyayangi, sedangkan akhlak buruk menumbuhkan rasa benci dan permusuhan.

Oleh karena itu, Islam menghendaki umatnya terbentuk akhlak yang baik. Inilah di antara keutamaannya; Rasulullah bersabda; "Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan orang beriman pada hari kiamat selain akhlak yang baik." (HR. At Tirmidzi, Ahmad, dan Al-Bukhari)

Dalam riwayat lain, "Sesungguhnya orang yang paling kucintai di antara kalian dan yang paling dekat tempat duduknya denganku pada hati kiamat ialah yang laing baik akhlaknya di antara kalian, dan sesungguhnya orang yang paling kubenci di antara kalian dan yang paling jauh tempat duduknya denganku pada hari kiamat ialah yang paling buruk akhlaknya di antara kalian." (HR. Ibnu Hibban)

Nabi SAW pernah ditanya tentang sesuatu yang lebih banyak membuat orang masuk surga. Beliau menjawab; "Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik." (HR. At-Tirmidzi)

Di antara akhlak baik itu:

  1. Mengucapkan salam lebih dulu
  2. Tidak menyakiti orang lain
  3. Bersikap tawadhu
  4. Tidak menyombongkan diri
  5. Tidak menggunjing orang lain dan menghindari pendengaran dari gunjingan
  6. Tidak menghindari sesama muslim lebih dari tiga hari
  7. Menghormati orang tua dan menyayangi anak kecil
  8. Menepati janji
  9. Menghadapi siapa pun dengan wajah berseri
  10. Menutupi aib sesama muslim
  11. Menciptakan perdamaian
  12. Bersegera minta maaf atas khilaf dan salah
  13. Mudah memaafkan
  14. Menghindari tempat yang mungkin menimbulkan fitnah
  15. Menjaga kehormatan saudaranya
  16. Membantu dan membela orang yang membutuhkan bantuan
  17. Menjenguk orang sakit
  18. Menghadiri undangan
  19. Melayat jenazah dan mengantarkannya ke pemakaman
  20. Mendoakan saudara sesama muslim
  21. Dan masih banyak lagi

Bagaimana caranya memaafkan kesalahan orang lain, apalagi orang tersebut adalah orang terdekat? Memang tidak mudah jika perasaan sakit hati terus diikuti. Semakin jiwa ini dibiarkan tenggelam dalam ingatan peristiwa tersebut, semakin sakit rasanya hati ini. Kepingan peristiwa itu muncul lagi. Akan tetapi jika ingatan perlahan-lahan dijauhkan dari peristiwa itu, insya Allah perasaan sakit hati akan berkurang.

Caranya, sibukkan diri dengan banyak kegiatan, antara lain; membaca, jalan-jalan, hadir di majelis taklim, dll. Kesibukan ini akan menjadi file yang menumpuk dalam memori otak dan peristiwa itu menjadi bagian dari masa lalu. Kita akan menjadi orang yang bebas dari "impitan gunung" insya Allah. Tentu saja hal ini membutuhkan proses. Ulama mengatakan "al-waqtu minal 'ilaj" (waktu adalah bagian dari solusi).

Ada kisah sosok yang menghadapi bullying, penghinaan, dan ancaman pembunuhan dari kerabat dan masyarakat yang dicintainya. Ia tidak butuh berpikir lama untuk segera memaafkannya. Sosok itu adalah Rasulullah. Bagaimana sikap permusuhan dan kejamnya Abu Sufyan kepada Rasulullah dan para sahabatnya di masa Abu Sufyan belum masuk Islam. Namun, ketika penaklukan kota Makkah, Rasulullah menjamin siapa saja yang berada di bawah perlindungan Abu Sufyan, ia akan selamat.

Mungkin ada yang mengatakan; "Itu kan Nabi Muhammad, wajar saja memiliki akhlak yang mulia karena beliau harus menjadi teladan."

Kalimat ini ada benarnya, tetapi bukankah kita adalah umat Baginda? Kepada siapa kita akan meneladani ketika menghadapi masalah, selain kepada beliau? Sahabat, hidup ini singkat dan terlalu berharga untuk tenggelam dalam kesalahan orang lain. Setiap orang punya masa lalu, akan tetapi hari esok hanya Allah yang mengetahui. Walau sulit, mulailah berdamai dengan perasaan, maafkanlah, insya Allah surga terbentang di hadapan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Oleh : Wirianingsih - Konselor Keluarga Nasional
Sumber : Majalah Hadila Edisi 183
Foto : Ruangmuslimah