Endang Setyowati : Qurban Itu Bagi Yang Mau Bukan Sekadar Bagi Yang Mampu

Endang Setyowati yang akrab dipanggil Wiwik, sudah sejak tahun 2018 mempercayakan qurbannya melalui SOLOPEDULI. Ia yang tinggal seorang diri di rumahnya yang berada di Perumnas Ngringo, Palur, Karanganyar, ini berhasil membagikan kisah inspiratifnya ketika menjalankan ibadah qurban.

Bagi Wiwik qurban adalah suatu kewajiban. Bukan hanya untuk mereka yang mampu, tetapi juga untuk seluruh umat Islam yang mau. Menurut Wiwik, qurban bukan hanya tentang kemampuan finansial, tetapi juga kemauan untuk berbagi. Qurban juga memiliki makna yang mendalam baginya yaitu membantu mereka yang kurang mampu. 

Warga di sekitar rumah Wiwik, banyak yang sudah hidup berkecukupan, sehingga qurban di daerahnya sudah cukup banyak. Sehingga Wiwik dari tahun ke tahun mempercayakan qurbannya ke SOLOPEDULI karena memang SOLOPEDULI akan menyalurkan qurbannya ke daerah-daerah pelosok desa. 

"Berqurban adalah jalan untuk menyucikan rejeki kita, karena sebagian dari rejeki kita adalah milik orang lain. Dengan berqurban setiap tahun dan menyalurkannya kepada mereka yang benar-benar membutuhkan di pelosok-pelosok, kita bisa memberikan manfaat yang nyata," ujar Wiwik.

Keseharian Wiwik sebagai ibu rumah tangga yang juga menjalankan usaha menerima pesanan atribut sekolah (dasi, topi) dan daster, sangat merasakan dampak dari berqurban, bahwa rejeki dan urusannya selalu dipermudah oleh Allah berkat berqurban. Wiwik percaya bahwa rejekinya akan dilipatgandakan ketika ia ikhlas berqurban.

“Saya merasa senang membantu orang-orang yang kurang mampu, terutama mereka yang jarang menikmati daging sapi atau domba di pelosok-pelosok. Karena kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan saya,” ujarnya.

Awal mula Wiwik kenal dengan SOLOPEDULI adalah dari majalah Hadila. Ada informasi mengenai nomor rekening untuk berdonasi. Tergugah oleh informasi itu, Wiwik langsung berdonasi pada malam hari dan mendapat balasan yang membuat Wiwik rutin berdonasi setiap bulan ke SOLOPEDULI. Wiwik berdonasi uang yang kemudian disalurkan kepada kaum dhuafa, anak yatim piatu, korban banjir, dan gempa.

Kemudian ia tergugah untuk ikut berqurban melalui SOLOPEDULI juga, karena di SOLOPEDULI memiliki qurban dengan konsep angsuran (Suqur) di mana setiap bulan dia mengangsur qurban, sehingga ketika hari H qurban, qurban itu menjadi tidak terasa.

Wiwik selalu memilih qurban domba. Dulu di kampung, Wiwik ikut qurban sapi kolektif, tapi sekarang Wiwik merasa lebih afdhol berqurban domba secara individu, mengikuti sunnah Nabi Ibrahim. Wiwik berharap SOLOPEDULI terus mampu menyalurkan donasi tepat sasaran. 

“Saya senangnya qurban atau donasi di SOLOPEDULI itu diberikan laporan yang terperinci, termasuk foto pendistribusian qurban atas nama saya. Informasi ini sangat berharga dan menunjukkan transparansi,” kata Wiwik.

“Saya juga merasa sangat senang dengan inovasi abon djoss domba di tahun ini. Program ini luar biasa karena memberikan kesempatan kepada kita untuk mencoba abon domba, sesuatu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya, juga untuk para penerima manfaat,” ungkapnya.(snk)