SEMUT DAN PINTU SURGA

Tak ada manusia yang bisa hidup bahagia dalam kesendirian. Apalah arti sukses, jika hanya untuk diri sendiri. Apalah arti bahagia, jika masyarakat sekitar hidup dalam derita.

Kita bisa belajar dari kehidupan semut dalam bertetangga. Saat ada makanan di rumah kita, terutama yang manis dan gurih, segera hadir semut. Mulanya seekor, tak lama puluhan, ratusan bahkan ribuan semut hilir mudik mengangkuti makanan hasil temuan salah satu diantara mereka.

Kehidupan semut mengajarkan tentang bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan dengan kebersamaan yang harmonis. Saling berbagi kebahagiaan, saat Allah menganugerahkan rezeki. Jika semut pertama itu kita, mungkin akan lain ceritanya. Bisa jadi, egoisme diri, memberi ide untuk memonopoli temuan itu.

Ada Pintu Surga dalam Bertetangga

Seseorang lelaki datang bertanya kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amalan yang apabila aku mengerjakannya akan memasukkanku ke dalam surga." Beliau pun berkata, "Jadilah engkau orang yang muhsin (selalu berbuat baik)."

Si lelaki kembali bertanya, "Bagaimana saya mengetahui bahwa saya adalah orang muhsin?" Beliau menjawab, "Tanyalah tetanggamu, jika mereka mengatakan kamu adalah orang yang baik, maka kamu adalah orang yang baik, sebaliknya jika mereka mengatakan engkau adalah orang jelek maka engkau adalah orang yang jelek."  (HR. Al Baihaqi dari Abu Hurairah)

Subhanallah, tetangga kita adalah juri yang ‘ditunjuk' Rasulullah SAW untuk menilai kita, muhsin atau tidak. Juga menjadi variable penentu, layak atau tidak kita memasuki jannahNya.

Jika para tetangga mengatakan kita baik, bersyukurlah dengan terus meningkatkan kebaikan. Boleh jadi, hal tersebut karena Allah masih menutup aib-aib kita. Jika tetangga mengatakan kita tidak baik, bersegera memperbaiki diri dan berhiad dengan akhlak mulia, sama sekali tidak ada ruginya.

Meskipun lingkungan tetangga tidak baik, bergaul dan bersabar atas tingkah mereka tetap lebih utama. Rasulullah SAW bersabda, "Seorang mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar atas cobaannya adalah lebih baik daripada seorang mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak bersabar atas cobaanya."(HR. Ahmad dan Abu Daud dari Ibnu Umar)

Bertentangga bisa mendekatkan kita kepada pintu surgaNya. Namun bisa pula menjadi sarana kita tergelincir ke NerakaNya. Rasulllah SAW bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya (kejelekannya)."(HR. Muslim)

 

Oleh: Supomo, SS