Universitas Adelaide pernah mempublikasikan hasil penelitian soal lingkungan. Empat negara, yakni Brasil, Amerika Serikat, China, dan Indonesia dinyatakan sebagai negara paling berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan di muka bumi.
"Krisis lingkungan yang kini mencengkeram Bumi adalah akibat konsumsi berlebihan manusia atas sumber daya alam," kata ketua tim peneliti Universitas Adelaide, Corey Bradshaw.
Rakuslah Akarnya
Konsumsi berlebihan, menjadi kunci kenapa kerusakan alam terus berlanjut dan dalam skala yang mengkhawatirkan. Indonesia, yang menjadi salah satu penghuninya, berada di rangking ke-4 dunia, dalam kontribusi merusak alam. Wajarlah jika negeri ini harus mau menanggung akibatnya, tak henti dirundung bencana.
Jiwa rakus yang mendarah daging menjadikan manusia selalu merasa tidak cukup. Bisa jadi, kata yang paling sulit diucapkan oleh kebanyakan manusia adalah kata "cukup".
Oleh karenanya, belajar menjadi manusia yang merasa cukup, bisa menjadi sarana kita terhindar dari sifat rakus. Seorang ulama mengatakan, "Rakus adalah kefakiran yang tersembunyi." Hartanya banyak, tapi jiwanya miskin, sehingga merasa selalu kurang.
Cukup memang tidak selalu identik dengan jumlah yang banyak, namun terkait dengan hadirnya kesadaran banyak nikmat Allah yang pantas disyukuri. Fokusnya pada apa yang sudah dicapai, bukan pada apa yang belum didapat.
Rasulullah SAW bersabda, "Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang selalu merasa cukup." (HR. Bukhari Muslim)
Jangan sampai jiwa rakus yang selalu mendominasi, menuntun kita kepada petaka. Kisah Qarun dengan bertumpuk-tumpuk kekayaan yang menguburknya dan kisah Tsa'labah dengan gurita ternak yang mencelekakanya, bisa menjadi pengingat kita untuk bisa berkata "cukup"
Oleh: Supomo, S.S