Ekonomi Keluarga: Keberkahan Adalah Hal Yang Utama

Oleh: Intan Novela QA SE,Msi

Dalam kaidah fikih, ekonomi keluarga mutlak tanggung jawab suami. Bila ditujukan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, maka bernilai sedekah. Namun perlu diperhatikan bahwa dalam masalah keuangan keluarga, keberkahan adalah hal yang paling utama. Harta yang haram akan menjadikan kehidupan tidak berkah dan jauh dari ridho Allah.

Lalu, pos apa yang pertama kali kita sisihkan dari pendapatan kita? Yang harus kita sisihkan terlebih dahulu adalah untuk zakat, infak dan sedekah (ZIS), membayar hutang, menabung (saving), kemudian baru belanja rutin.

Mengapa demikian? Karena belanja adalah pos yang paling fleksibel. Besar atau kecilnya tergantung kebiasaan dan kemauan personal. Sedangkan ZIS berkaitan dengan urusan akhirat. Hutang berkaitan dengan urusan dunia sehingga jika telat dibayar, maka orang yang bersangkutan harus membayar denda, bunga, dan diteror debt collector.Berkaitang dengan masalah hutang ini, sebaiknya jika kita berhutang, maka jumlah hutang tidak lebih dari 30% dari penghasilan kita. Sedangkan tabungan berkaitan dengan masa tua sehingga harus didahulukan juga.

 

Komunikasi dan Keterbukaan dalam Keuangan Keluarga

Perselisihan mengenai keuangan bisa saja terjadi disaat uang melimpah maupun disaat kekurangan uang. Kebanyakan masyarakat kita merasa risih bila harus membicarakan masalah keuangan dalam keluarga. Namun sebaiknya pasangan suami istri harus mulai belajar saling terbuka mengenai keuangannya masing-masing. Karena setiap orang pasti memiliki pandangan mengenai uang yang berbeda-beda. Sehingga dengan adanya komunikasi dan keterbukaan dapat meminimalisir permasalahan keluarga.

Buruknya manajemen keuangan keluarga, dapat memicu emosi-emosi yang dapat merembet kepada perilaku setiap anggota keluarga. Korban paling celaka adalah anak-anak kita. Prinsip komunikasi dan keterbukaan, tidak hanya perlu dimiliki oleh suami istri, namun juga anak, sesuai dengan tingkat umur dan kedewasaannya. Anak yang telah dewasa bisa diperkenalkan dengan realitas mencari dan membelanjakan uang. Misalnya, mahasiswi tingkat akhir diberi kesempatan mengatur uang belanja keperluan rumah selama satu bulan. Sehingga selain belajar bertanggung jawab, anak pun merasa dipercaya oleh orang tua. Sedangkan untuk yang lebih muda, misalnya, anak SD cukup diajari tentang nilai uang serta perlahan diajari manfaat menabung. Dengan adanya pemahaman tersebut, bila suatu ketika keluarga mengalami persoalan keuangan, seluruh anggota keluarga dapat ikut serta, saling membantu dalam mengatasinya.

 

Mengelola Keuangan Keluarga adalah Amanah

Mengelola keuangan keluarga adalah amanah yang harus dilaksanakan dengan baik. Jika berhasil dalam mengelola keuangan keluarga, maka bukan hanya kebahagiaan dunia saja yang bisa didapat, harta pun dapat menjadi jalan menuju kebahagiaan akhirat. Oleh karena itu kita harus senantiasa mendisiplikan diri untuk komitmen dengan manajemen keuangan keluarga yang telah kita sepakati bersama dalam keluarga.

Sumber: Majalah Hadila, edisi 21