Parenting: 5 Kunci Komunikasi Pada Anak

Oleh: Wafirotun Amrin Ahomdani

Harapan terbesar orang tua adalah ingin memiliki anak yang soleh, sopan, pandai bergaul, pintar dan sukses, tetapi harapan besar ini jangan sampai menjadi tinggal harapan saja. Bagaimana orang tua untuk mewujudkan harapan tersebut, itulah yang paling penting. Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia sangatlah penting dan fundamental, keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang tuanya.

Peran orang tua dalam hal pendidikan anak sudah seharusnya berada pada urutan pertama, para orang tualah yang paling mengerti benar akan sifat-sifat baik dan buruk anak-anaknya, apa saja yang mereka sukai dan apa saja yang mereka tidak sukai. Para orang tua adalah yang pertama kali tahu bagaimana perubahan dan perkembangan karakter dan kepribadian anak-anaknya, hal-hal apa saja yang membuat anaknya malu dan hal-hal apa saja yang membuat mereka takut. Para orang tualah yang nantinya akan menjadikan anak-anak mereka seorang yang memiliki kepribadian baik ataukah buruk.

Salah satu sukses mendidik anak adalah komunikasi. Komunikasi yang baik akan dapat dimengerti dan diterima oleh anak. Dengan begitu, anak faham apa yang orang tua maksud dan kehendaki. Berikut 5 kunci sukses berkomunikasi dengan anak:

  1. Empati dalam segala hal.Menunjukkan empati pada anak dalam berkomunikasi, menjadikan anak merasa dihargai dan diakui keberadaannya. Diakui orang lain secara psikologi adalah kebutuhan manusia pada umumnya.
  2. Menyampaikan yang haq dalam arti jujur.Ada pepatah "katakanlah yang sebenarnya walau pahit rasanya." Pepatah di atas memang ada benarnya. Kadang tidak semua orang bisa menerima kebenaran karena pahit rasanya. Namun dalam hal mendidik anak, menyampaikan yang haq atau benar wajib hukumnya, hanya saja harus dengan bahasa mereka (anak-anak) dan tidak menyakiti.
  3. Pilih bahasa/kalimat yang tepat."Bicaralah pada kaum sesuai dengan bahasanya," begitu Rasul kita memerintahkan. Tidak semua pertanyaan anak butuh jawaban, seringkali pertanyaan mereka butuh perhatian.
  4. Memposisikan diri seperti posisi mereka.  Kalau memang perlu duduk agar anak lebih terperhatikan saat berkomunikasi dengan mereka. Maka mengambil posisi sambil duduk saat bicara dengan mereka membuat mereka tidak merasa rendah di hadapan lawan bicaranya.
  5. Kokohkan di dalam. Keluarga adalah madrasah bagi anak-ana untuk belajar segala hal. Disanalah, anak dididikk untuk menjadi insan kamil. Sayang, tidak semua lingkungan sekitar mendukung proses pendidikan. Bahkan tidak jarang lingkungan malah menjadi sebab terjerumusnya anak keluar dari zona aman. Maka kokohkan di dalam dengan ikatan emosi yang kuat, aqidah yang shohih dan akhlak karimah.

Sumber: Majalah Hadila, edisi 25