Solo Peduli Antisipasi Pelecehan Seksual Di Sekolah

Solo Peduli menggelar Seminar Kesehatan bertema "Pentingnya Peran Pengajar dalam Pendidikan Seksual Anak Didik" di Ruang Meeting Rumah Makan Tamansari, Colomadu, Karanganyar, Selasa (2/8). Kegiatan ini diikuti sekitar 80 guru, karyawan sekolah, dan ustaz ustazah yang ada di lingkup program sekolah dan pesantren Solo Peduli.

Direktur Utama Solo Peduli, Sidik Anshori, menerangkan kegiatan ini merupakan salah satu agenda pembinaan guru dan karyawan tentang peran pengajar dalam edukasi seksual pada anak didik di ruang lingkup sekolah dan pesantren. Pembahasan tema seminar dilatarbelakangi oleh semakin merebaknya kasus-kasus pelecehan seksual yang terjadi akhir-akhir ini, baik itu di masyarakat maupun di lembaga pendidikan maupun pesantren. "Kegiatan ini diharapkan akan menambah bekal para guru, ustaz, ustazah dalam mendidik, sehingga kami berharap kasus ini tidak akan terjadi di lingkungan kita," terangnya.

Ketua Dewan Pembina Yayasan Solo Peduli Ummat, Danie H. Soe'oed dalam sambutannya menyampaikan tindakan kekerasan seksual terhadap anak masih menjadi salah satu problem di sekitar kita. "Pada umumnya pelakunya adalah orang-orang terdekat korban. Ada yang ayahnya, pamannya, tukang kebun rumah, gurunya, ustadnya dan lain-lain. Ini tentu mengkhawatirkan sekali," terangnya.

Danie juga menekankan agar seluruh guru dan karyawan menjaga akhlaknya. Menurutnya, setiap insan yang bekerja di lingkup Solo Peduli mempunyai kewajiban untuk menjaga kredibilitas Solo Peduli. "Lembaga ini sudah berdiri 23 tahun. Jangan karena bernafsu, kemudian ada yang melakukan pelecehakan seksual, sehingga hancurlah kredibilitas lembaga Solo Peduli," ujarnya.

Dalam agenda seminar tersebut Solo Peduli menghadirkan dua pembicara. Yaitu Psikolog sekaligus Konsultan Pendidikan Anak, Bunda Eny Esita Kolopaking M.Psi, Psi dan dokter umum di Klinik Umat Solo Peduli, dr. Nisa Karima.

Pembicara asal Yogyakarta, Bunda Eny, memaparkan tentang pentingnya pendidikan seksual di lingkungan sekolah. Menurutnya harus ada sinergi antara orang tua dan sekolah. Bukan hanya anak yang diberikan pendidikan seksual, orang tua juga perlu dipahamkan terlebih dahulu. Selanjutnya ia menerangkan tentang jenis-jenis penyimpangan seksual, cara melindungi siswa dari perilaku penyimpangan seksual, penyebab penyimpangan seks pada siswa, cara mengidentifikasi penyimpangan seksual pada siswa, pendampingan, dan terapi.

Sementara dr. Nisa Karima menyampaikan tentang tujuan pendidikan seksual, bentuk-bentuk kekerasan seksual, pertolongan pertama pada kejadian kekerasan seksual serta pertolongan medis pada korban kekerasan seksual.
"Ketika menemui kasus kekerasan seksual, pertolongan pertama yang harus dilakukan adalah kembangkan empati dan berusaha bersikap netral, pastikan keamanan dan keselamatan korban dan pelaku, simpan bukti-bukti lalu melaporkan kepada pihak berwenang," jelasnya.

Setelah kejadian, terangnya, harus ada pihak yang menyediakan waktu untuk mendengar keluh kesah korban dan keluarga. Hindari menanyakan mengapa dan bertanya yang bisa membangkitkan trauma korban, tidak bergosip atas kejadian tersebut, memberi dukungan bahwa masa depan masih ada dan berorientasi solusi, tidak menyebarkan detail kejadian kepada pihak yang tidak berkepentingan.

tindaklanjut dari acara tersebut adalah terbentuknya kurikulum pendidikan seks sesuai dengan level pendidikan, sehingga anak-pun mengetahui tentang pendidikan seks sejak dini dan bisa menjadi antisipasi terjadinya pelecehan seks<>