SOLOPEDULI kemarin berkunjung ke rumah Ivander Alkafan Jayantaka, di Tempuran, Bolon, Colomadu, Karanganyar, bocah laki-laki berusia 4,5 tahun yang sejak lahir sudah harus didiagnosis Down Syndrome serta kelainan jantung bawaan yang dikenal sebagai PJB agnostik, pada Selasa (22/07/2025).
Razky, Staf Program SOLOPEDULI, hadir secara langsung untuk menyerahkan santunan kesehatan sebagai bentuk kepedulian dan upaya meringankan beban yang ditanggung Ivander dan keluarganya. Dalam kunjungan tersebut, Razky mendapat informasi bahwa kondisi Ivander yang sakit mengharuskannya menjalani fisioterapi rutin tiga kali dalam seminggu demi menunjang tumbuh kembangnya.
Setiap sesi terapi bukan sekadar rutinitas medis, melainkan harapan yang harus dibayar. Dengan biaya Rp75.000 sekali pertemuan, keluarga Ivander harus mengeluarkan sekitar Rp900.000 setiap bulan hanya untuk terapi. Belum termasuk kebutuhan lainnya seperti susu khusus seharga Rp200.000 per kaleng yang hanya cukup untuk tiga hari, serta popok yang digunakan setiap hari karena Ivander belum mampu berjalan.
dok.humas: Ivander, bocah 4,5 tahun yang mengidap down syndrome dan kelainan jantung bawaan
“Kami biasa ganti susunya dengan air putih saat siang agar lebih hemat, tapi malam hari tetap harus susu karena ia tidak bisa tidur tanpa itu,” ungkap sang ibu, Dwi Nugrahani Pramesti.
Kondisi ekonomi menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga ini. Dodi Setiawan, ayah Ivander, bekerja sebagai satpam di Merak Mart, sementara sang ibu memutuskan berhenti bekerja sejak mengandung anak kedua demi fokus merawat Ivander sepenuh waktu. Mereka tinggal bersama mertua, yang sehari-hari bekerja sebagai buruh harian atau kuli pasir, dan juga mengasuh keponakan yang ibunya meninggal akibat leukemia.
“Pengeluaran untuk Ivander melebihi gaji suami, jadi untuk makan pun kami menumpang pada mertua,” kata Dwi lirih.
Meski hidup dalam keterbatasan, semangat keluarga ini tak pernah padam. Setiap langkah kecil yang diambil Ivander, meski tertatih, selalu disambut haru dan penuh syukur. Harapan terbesar mereka adalah melihat Ivander bisa berjalan, bersekolah di SLB, dan suatu hari nanti bisa mengikuti pendidikan formal seperti anak-anak lainnya.
“Harapan kami sekeluarga, semoga ada para donatur atau orang dermawan yang tergerak hatinya untuk membantu perjuangan anak kami, Ivander, agar bisa tumbuh seperti anak-anak lainnya dan nutrisinya pun tercukupi tanpa kendala,” pungkas Dwi.
“Semoga bantuan yang kami kirimkan ini akan meringankan beban keluarga, dan semoga bermanfaat,” ujar Razky.
Di tengah keterbatasan, cinta dan keteguhan menjadi kekuatan utama keluarga kecil ini. Mereka tidak meminta banyak, hanya berharap anak mereka dapat kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang. Satu langkah kecil Ivander, sejatinya adalah lompatan besar bagi masa depannya.(snk)